Ragam  

Kenali Penyebab Perilaku Pelecehan Seksual dan Solusinya

SUKABUMI TERKINI – Banyak faktor yang memicu seseorang melakukan perilaku pelecehan seksual. Diantara faktor-faktor tersebut suasana yang kondusif dan berkuasa dominan menjadi pemicu.

Selain lingkungan sosial, di mana seorang laki-laki dan perempuan dibesarkan akan mempengaruhi bagaimana perilakunya nanti.
Korban pelecehan seksual umumnya kaum perempuan yang lemah, pasif atau kurang asertif (tegas)

Beberapa pelaku mungkin tidak memahami atau tidak peduli dengan dampak pelecehan seksual pada korban. Mereka mungkin meremehkan konsekuensi dan merasa bahwa tindakan mereka tidak akan berdampak negatif.

Pelecehan seksual bisa berupa komentar verbal bersifat seksual, menyentuh bagian-bagian tertentu dari tubuh korban yang tidak boleh disentuh atau meminta melakukan bantuan seksual. Terkadang pelecehan seksual ini juga diikuti dengan tindakan kekerasan.

Mengutif laman halodoc, dari laman docstoc (2010), terdapat tujuh alasan kenapa seseorang melakukan pelecehan seksual.

1. Lingkungan sosial
Kondisi di mana seorang laki-laki dan perempuan dibesarkan akan mempengaruhi bagaimana perilakunya nanti. Berbagai sudut pandang bisa menciptakan suasana yang memungkinkan seseorang untuk melakukan pelecehan seksual.

2. Suasana sekitar yang mendukung
Biasanya pelecehan seksual lebih banyak terjadi di fasilitas umum terutama pada angkutan umum yang penuh, sehingga seseorang suka mencari-cari kesempatan.

3. Memiliki kekuasaan yang lebih tinggi
Beberapa orang terkadang menyalahgunakan kekuasaannya untuk melakukan pelecehan, umumnya pelaku berpikir korban adalah orang yang lemah atau takut kehilangan pekerjaannya.

4. Stres terhadap perkawinannya
Mengalami stres terhadap kehidupan pernikahannya akan membuat seseorang berada dalam tekanan emosional sehingga rentan melakukan pelecehan seksual.

5. Mengalami penurunan moral
Saat kondisi seseorang mengalami kelemahan moral, seringkali menganggap seks pranikah atau ‘one night stand’ adalah sesuatu yang wajar sehingga menganggap hal tersebut bukanlah pelecehan seksual.

6. Memiliki perilaku seks yang menyimpang
Biasanya orang ini memiliki kelainan seperti suka memperlihatkan alat vitalnya, suka membahas masalah-masalah pornoaksi atau memiliki perilaku suka mengintip.

7. Kurangnya peraturan hukum yang ada
Beberapa orang melakukan pelecehan seksual karena memang belum ada peraturan hukum yang bisa membuat seseorang merasa jera.

Sementara beberapa peneliti dan psikolog juga telah melakukan penelitian terhadap dampak korban pelecahan seksual.

Fitzgerald, Swan, & Magley
Penelitian mereka menunjukkan bahwa korban pelecehan seksual mengalami perasaan seperti kesal, tersinggung, terganggu, malu, terintimidasi, dan ketakutan.

Pelecehan seksual dapat mengurangi martabat dan memberdayakan korban, yang dapat berdampak pada stres emosional dan fisik serta gangguan kesehatan mental dan fisik, termasuk gangguan stres pascatrauma.

Buchanan, Settles, Wu, dan Hayashino Penelitian mereka menyoroti bagaimana pelecehan seksual dapat mempengaruhi kesejahteraan korban, termasuk stres emosional dan gangguan kesehatan mental.
Pelecehan seksual dapat menyebabkan gejala seperti kecemasan, depresi, citra tubuh negatif, dan rendahnya harga diri.

Larsen dan Fitzgerald
Penelitian mereka juga menyoroti dampak pelecehan seksual pada kesejahteraan korban. Stres emosional dan fisik yang diakibatkan oleh pelecehan seksual dapat berdampak jangka panjang pada kesehatan mental dan fisik.

Willness, Steel, dan Lee
Penelitian mereka menunjukkan bahwa pelecehan seksual dapat memengaruhi kesejahteraan korban, termasuk stres emosional dan gangguan kesehatan mental.

Oleh karena itu, memahami faktor penyebab pelecehan seksual dan mencari solusi adalah langkah penting untuk mengurangi insiden pelecehan dan melindungi korban.

Semua peneliti di atas telah berkontribusi dalam memahami faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pelecehan seksual dan mengidentifikasi solusi untuk mengatasi masalah ini.

Peran psikologi dalam memahami dan mengatasi pelecehan seksual sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif. (Ari/berbagai sumber)